DR.IR. Indra Tjahjani, SS, MLA, MMSI, sebagai penggiat Pelestarian Warisan Budaya memperoleh kehormatan, diundang KOMPASTV sebagai salah satu Nara Sumber di acara JOKOWI MANTU, 8 November 2017.
Silakan KLIK link berikut untuk kelengkapan beritanya :
https://www.youtube.com/watch?v=xQO3XL3CWnM
Berikut cuplikannya :
(untuk melengkapi penulisan ini, kami mengambil beberapa gambar dari sumber lainnya, terima kasih)
Saya bersama putri saya dijemput KOMPASTV Menunggu di Ruang Tamu
Dari ki-ka : Timothy Marbun – Peni, Dr. Indra, Glory Rosary & Bayu Sutiyono
ON AIR
Sebelum melaksanakan hajat menikahkan putrinya, Presiden RI, Bapak Ir.H. Joko Widodo melakukan pemasangan BLEKETEPE & TUWUHAN didepan rumahnya (Bleketepe, terbuat dari daun kelapa, sebagai penanda sebagai keluarga yang sedang punya ‘gawe’, bagi orang Jawa menikahkan putra putrinya dianggap salah satu tahapan besar dalam kehidupan).
TUWUHAN :
Tata cara pemasanga tuwuhan pada kedua sisi pintu masuk rumah yang punya hajat, berasal dari ajaran dari Ki Ageng Tarub salah satu leluhur raja-raja Mataram. disaat menikahkan putrinya yang benama Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa karena rumah beliau kecil dan tsehingga tidak semua tamu dapat masuk.
Tuwuhan melambangkan:
– pengharapan akan kemakmuran
– semangat hidup baru yang terus tumbuh dalam membangun rumah tangga
– harapan agar kedua pengantin hidup dengan penuh kebahagiaan
– keharmonisan dan keindahan hidup berkeluarga
– semoga kedua pengantin segera di beri keturunan.
Tuwuhan terdiri dari : bambu wulung, janusr kuning, pisang raja yg sudah masak, tebu wulung, cengkir gadhing, daun kluwihm daun andong, daun girang, daun alang-alang, daun dadap serep, dan daun beringi.
Semuanya mengandung makna dan harapan.
Kemudian dilanjutkan acara Permintaan Maaf dan Ijin untuk menikah oleh mbak Kahiyang kepada kedua orangtuanya, sebelum dilakukan prosesi ‘SIRAMAN’
Disaat siraman kedua orang tua pengantin memakai Jarit motif CAKAR (seperti jika kita menyebutkan cakar ayam), dengan maksud agar nantinya disaat berumah tangga selalu dilimpahi rejeki,
Setelah prosesi Siraman dilanjutkan prosesi lainnya, ‘kethok rikmo’ (memotong rambut dan kemudian menanamnya), ‘bopongan’ (ayah pengantin ‘menggendong putrinya), ‘dahar’ (kedua orang tua menyuapi calon pengantin untuk terakhir kalinya), karena keesokan harinya sudah menjadi tanggung jawab suaminya.
SADEAN DAWET ( Dodol Dawet atau Berjualan Cendol)
Makna dari kegiatan ini adalah cendol yang berbentuk bundar merupakan lambang kebulatan kehendak orang tua untuk menjodohkan anak. Bagi orang yang akan membeli dawet harus membayar dengan ‘kreweng’ (pecahan genting) bukan dengan uang.
Ibunda Pak Joko Widodo, Ibu Sudjiatmi hadir untuk mengikuti prosesi SIRAMAN cucundanya, mbak Kahiyang
Mas Bobby juga melakukan upacara SIRAMAN di tempat terpisah.
Ibunda mas Bobby sedang mencampurkan air dari 7 sumber termasuk air kiriman dari pihak mbak Kahiyang untuk digunakan prosesi SIRAMAN
Mas Bobby juga melakukan prosesi SIRAMAN di Hotel Alila, bersama ibunda dan pamannya.
Setelah prosesi siraman, malam harinya dilaksanakan prosesi MIDODARENI, (asal katanya adalah BIDADARI dalam bahasa JAWA) dimana calon pengantin putri ditemani teman-teman atau keluarga putri bercengkrama di kamarnya pada malam harinya sebelum menikah keesokan harinya.
Sedangkan pengantin pria datang berkunjung tetapi tidak diperkenankan bertemu dengan calon pengantin putri.
Mas Bobby dan keluarga diterima oleh Pak Joko Widodo dan Ibu Iriana serta keluarga
Biasanya ketika menikah kedua pengantin memakai Jarit bermotif SIDO MUKTI, agar kehidupan rumah tangganya langgeng, rukun dan damai serta berkecukupan atau mukti
Sedangkan kedua orangtuanya memakai kain bermotif TRUNTUM, yang merupakan lambang kasih sayang orangtuanya terhadap putra putrinya
Namun dalam perhelatan ini Bapak Joko Widodo lebih memilih memakai kain bermotif SIDO MULYO, seiring dengan niat mulya menikahkan putri tercintanya.
KERETA KENCANA membawa mbak Kahyiang menuju gedung Graha Saba.
Bagian Belakang Kereta, (Bapak Walikota Solo, Rosi KompasTV dan pak Anwar)
Jarit bermotif SIDO MUKTI yang dikenakan kedua pengantin yang berbahagia.
Armada Becak yang bangga karena diperkenankan terlibat dalam PROSESI PERKAWINAN MBAK KAHIYANG & MAS bOBBY
SATE KERE merupakan salah satu kuliner yang disajikan. Menurut sejarahnya kenapa disebut sate kere, karena saat Paku Buwono 3 melakukan perhelatan rakyat/masyarakat biasa tidak mampu membeli daging sapi atau kambing, karena itu masyarakat kelas bawah saat itu membuat ‘sate tiruan’ (terbuat dari tempe gembus, walaupun tetap memakai bumbu kacang seperti sate daging biasanya).
Malam harinya dilaksakan RESEPSI PERNIKAHAN
SELAMAT & BAHAGIA untuk mbak Kahyang & mas Bobby , Semoga berbahagia serta langgeng. Juga SELAMAT untuk Pak Jokowi dan Ibu Iriana serta Ibundanya mas Bobby.