FILOSOFI DIBALIK MOTIF BATIK SIDOMUKTI & TRUNTUM
Untuk Perempuan Jawa dahulu kain mempunyai nilai yang sangat penting dalam kehidupannya, mudah-mudahan sekarang masih ada yang menganggap demikian. Nampaknya para perempuan yang sudah tinggal dikota besar sudah tidak mengenal adat istiadat keluarga Jawa lagi.
Kain dengan motif Sidomukti sangatlah penting bagi awal kehidupan Perempuan dan Laki-laki Jawa dalam mengarungi bahtera rumah tangga bersama. Dengan memakai kain SIDOMUKTI saat menikah, diharapka akan memperoleh MUKTI, atau kebahagiaan yang sempurna, dilanggengkan kehidupannya dan dimudahkan rejekinya.
Sementara itu kedua orangtua mempelai memakai kain bermotifkan TRUNTUM, motif ini mirip dengan bintang, kadang juga digambarkan sebagai kuntum bunga melati, motif ini mempunyai makna, walaupun putra putri mereka sudah menikah dan membangun keluarga sendiri, orangtua akan tetap mencintai dan menuntum mereka.
Kedua motif BATIK tadi mempunyai beberapa variasi yang indah, bahkan berbeda daerah berbeda pula variasinya.ut
Dahulu para pembatik memulai pembatikannya dengan doa yg ‘ditembangkan/dilagukan’ dalam bahasa Jawa disebut Macapat (dibaca : mocopat) kemudian disaat membatik si pembatiknya puasa 40 hari 40 malam, untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dilancarkan dan disempurkan pekerjaannya serta mudah-mudahan doa dan harapannya untuk kedua pengantin di kabulkan Allah swt.
Pemakaian Batik sangatlah penting diperhatikan bentuk dari motifnya, apabila ada motif separuh sayap Burung Garuda,atau Meru/semacam rumah yg beratap, atau Kupu-kupu seharusnya menghadap keatas (tidak terbalik motifnya) akan memberi berkah dan bermanfaat doanya.